MAKALAH
KREATIFITAS PSIKOLOGI
KELOMPOK
5 :
1.
ANA NUR LAILI NIM : G0A012025
2.
AFIF SUBHAN NIM : G0A012026
3.WAHYUNI NIM : G0A012027
4.
MAHENDRA BAYU NIM : G0A012029
5.
AISYAH AMINI NIM : G0A012030
6.
DESI HALWA ANDINI NIM : G0A012031
PRESENTASI
KELOMPOK 5 KREATIFITAS
UNIVERSITAS
MUHAMMADYAH SEMARANG
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASALAH
Bakat adalah anugrah yang tidak boleh disia – siakan dan harus
dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat
tertentu. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak
memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya
bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus
dipergunakan secara tepat sasaran.
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk
pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.
Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada
dibelakang sebuah penemuan besar.
Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati
seleksi alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan
produk kreativitas yang bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah mengangkat tema
kreativitas dan keberbakatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.Pengertian kreativitas
2.Pengertian keberbakatan
3.Hubungan antara kreativitas
dan keberbakatan
C.TUJUAN MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Psikologi Kreativitas dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang kreativitas dan
keberbakatan
BAB
II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KREATIVITAS
Salah satu masalah yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan
mengembangkan kreativitas ialah bahwa ada begitu banyak definisi tentang
kreativitas, tetapi tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara
universal. Mengingat kompleksitas dari konsep kreativitas, agaknya hal ini
tidak mungkin dan tidak perlu, karena kreativitas dapat ditinjau dari berbagai
aspek, yang kendatipun saling berkaitan tetapi penekanannya berbeda – beda.
Rodhes (1961, dalam Isaksen, 1987) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi
tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan
dalam istilah pribadi (person), proses, dan produk. Kreativitas dapat
pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong ( press)
individu ke perilaku kreatif. Rodhes menyebut keempat jenis definisi tentang
kreativitas ini sebagai “four p’s of
creativity “,yaitu dimensi Person,Proses,
Press dan Product. Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu
dari empat P ini atau kombinasinya. Keempat P ini saling berkaitan: pribadi
kreatif yang melibatkan diri dalam menghasilkan produk kreatif, dan dengan
dukungan dan dorongan ( press) dari
lingkungan menghasilkan produk kreatif. Torrance ( 1988) yang memilih definisi
proses tentang kreativitas, menjelaskan hubungan antara keempat P tersebut
sebagai berikut : dengan berfokus pada proses kreatif, dapat ditanyakan jenis
pribadi yang bagaimanakah akan berhasil dalam proses tersebut, macam lingkungan
yang bagaimanakah akan memudahkan proses kreatif, dan produk yang bagaimanakah
yang dihasilkan dari proses kreatif?
Marilah kita melihat beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan
empat P, menurut para pakar.
Definisi pribadi
Menurut Hulbeck (1945) “ tindakan kreatif muncul dari keunikan
keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya”. Fokus pada segi
pribadi jelas dalam definisi ini.
Definisi yang lebih baru tentang kreativitas diberikan dalam “ three-facet model of creativity” oleh
Sternberg (1988), yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara
tiga atribut psikologis : inteligensi,
gaya kognitif, dan kepribadian/ motivasi. Bersama – sama ketiga segi dari
alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang
kreatif “.
Inteligensi meliputi terutama kemampuan verbal, pemikiran
lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi,
representasi mental, ketrampilan pengambilan keputusan, keseimbangan serta
integrasi intelektual secara umum.
Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi yang kreatif
menunjukkan kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan aturan
sendiri, melakukan hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak
terlau terstruktur, senang menulis, merancang, lebih tertarik pada jabatan yang
kreatif, seperti pengarang, saintis, artis, atau arsitek.
Dimensi kepribadian/ motivasi meliputi cirri – ciri seperti
fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan
mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan risiko
yang moderat.
Definisi proses
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang
berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas
dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih
menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi
dan variasi). Selain pendapat
yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya
kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam
proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
1. Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya
inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul
bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata
now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap
Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan
secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi
realita.
Dari dua pendapat ahli diatas
memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia
dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan
variatif (divergensi berpikir).
Definisi
produk
Barron ( 1969) menyatakan bahwa “
kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan / menciptakan sesuatu yang baru
“. Begitu pula menurut Haefele ( 1962) “ kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi – kombinasi baru yang mempunyai makna
sosial “. Definisi Haefele ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan produk
itu harus baru, tetapi kombinasinya. Unsur – unsurnya bisa saja sudah ada lama
sebelumnya. Definisi Haefele menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak
hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna.
Definisi “
press”
Definisi dan pendekatan
kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal
(diri sendiri) berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri
secara kreatif, maupun dorongan eksternal (dari lingkungan sosial dan
psikologis). Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada
aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai “The initiative that one manifests by his power to break away from the
usual sequence of thought”. Mengenai “press”
dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan
menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam
kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan
atau perkembangan baru.
PENGERTIAN
KEBERBAKATAN
Apa yang dimaksud “ keberbakatan”
dan “ anak berbakat”? Dalam kepustakaan yang ditemukan berbagai istilah dan
definisi mengenai anak berbakat dan keberbakatan. Istilah ini yang menunjukkan
suatu perkembangan dari pendekatan “uni-dimensional”
( seperti definisi dari Terman yang menggunakan inteligensi sebagai criteria
tunggal untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu IQ 140) ke pendekatan “ multi-dimensional “. Pendekatan ini yang
mengakui keragaman konsep dan kriteria keberbakatan, yaitu memerlukan cara –
cara dan alat – alat yang berbeda – beda pula untuk mengidentifikasinya.
1.Definisi ESOE tentang keberbakatan
Dalam
seminar nasional mengenai Alternatif Program Pendidikan bagi Anak Berbakat yang
diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan, Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan bekerja sama
dengan Yayasan Pengembangan Kreativitas pada tanggal 12- 14 November 1981 di
Jakarta ( Utami Munandar, 1982), disepakati bahwa :
Anak berbakat adalah anak yang oleh orang –
orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang
tinggi karena mempunyai kemampuan – kemampuan unggul. Anak – anak tersebut
memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/ atau pelayanan di luar
jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka
terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.
Kemampuan –
kemampuan tersebut, baik secara potensional maupun yang telah nyata, meliputi :
a.Kemampuan intelektual umum
Para pendidik biasanya
mendefinisikan hal ini berdasarkan skor yang tinggi dari hasil tes inteligensi
(biasanya 2 deviasi standar di atas mean) pada pengukuran individual ataupun
kelompok. Orang tua dan guru sering dapat mengenali anak yang memiliki bakat
intelektual umum ini dari keluasan pengetahuan umumnya dan ketinggian tingkat
kosa kata, ingatan, pengetahuan kata-kata abstrak, serta daya nalar abstraknya
b.Kemampuan akademik khusus
Siswa yang memiliki bakat akademik
spesifik dapat dikenali dari kinerjanya yang menonjol dalam tes prestasi atau
tes bakat dalam satu bidang tertentu seperti bahasa atau matematika.
c.Kemampuan berpikir kreatif – produktif
Kreativitas yang menekankan
produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang diperoleh melalui
interaksi antara keunikan individu dengan lingkungannya
d.Kemampuan memimpin
Kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau kelompok-kelompok ke
satu keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menunjukkan keberbakatan dalam
kemampuan kepemimpinan mampu menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi
dalam situasi- situasi yang sulit. Banyak guru dapat mengenali kepemimpinan
dari minat dan keterampilan siswa dalam pemecahan masalah. Karakteristik
kepemimpinan mencakup rasa percaya diri, tanggung jawab, kerjasama,
kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan untuk mengadaptasikan diri
dengan mudah pada situasi-situasi baru. Siswa seperti ini dapat diidentifikasi dengan instrumen-instrumen seperti The Fundamental Interpersonal Relations Orientation Behavior (FIRO-B).
dengan mudah pada situasi-situasi baru. Siswa seperti ini dapat diidentifikasi dengan instrumen-instrumen seperti The Fundamental Interpersonal Relations Orientation Behavior (FIRO-B).
e.Kemampuan dalam salah satu bidang seni
Bakat seni merupakan keunggulan
dalam menggambar, melukis, memahat, dan berbagai ekspresi artistik yang dapat
ditangkap oleh mata. Sedangkan bakat pertunjukan menunjuk pada keunggulan baik
dalam musik instrumental maupun vokal, teater, dan tari. Siswa-siswa ini dapat
diidentifikasi dengan menggunakan instrumen deskripsi tugas seperti the Creative Products Scales, yang
dikembangkan untuk Detroit Public Schools
oleh Patrick Byrons dan Beverly Ness Parke di Wayne State University.
f.Kemampuan psikomotor ( seperti dalam olahraga)
Ini mencakup kemampuan kinesthetik
motor seperti keterampilan praktis, spasial, mekanik, dan fisik. Kemampuan
tersebut jarang dipergunakan sebagai kriteria dalam program keberbakatan.
Definisi ini merupakan adopsi dari
definisi U.S. Office of Education ( Maryland, 1972) dan dalam kepustakaan
biasanya disebut sebagai definisi USEO.
2.Definisi dari Abraham Maslow
Maslow membedakan antara "
kreativitas aktualisasi diri “ kreativitas talenta khusus”. Orang – orang
dengan kreativitas talenta khusus memiliki bakat atau talenta kreatif yang luar
biasa dalam bidang seni, sastra, musik, teater, sains, bisnis, atau bidang
lainnya. Orang – orang ini bisa saja menunjukkan penyesuaian diri dan
aktualisasi diri yang baik, tetapi mungkin juga tidak.
Orang – orang kreatif yang mampu
mengaktualisasi diri adalah sehat mental, hidup sepenuhnya dan produktif, dan
cenderung menghadapi aspek kehidupannya secara fleksibel dan kreatif.
Implikasi dari pembedaan antara
keduanya krativitas aktualisasi diri dan kreativitas talenta khusus adalah
penekanan pada pentingnya ciri – ciri afektif dari kreativitas, ciri
kepribadian, sikap, motivasi, dan predisposisi untuk berpikir kreatif.
3.Konsepsi Renzulli tentang keberbakatan
Konsepsi “ Three-Ring
Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa
tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah
keterkaitan antara :
g.Kemampuan umum di atas rata – rata,
h.Kreativitas di atas rata – rata, dan
i.Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup
tinggi)
Menurut Renzulli, anak berbakat adalah mereka yang
memiliki atau berkemampuan mengembangkan gabungan ketiga kelompok sifat
tersebut dan mengaplikasikannya pada bidang kinerja kemanusiaan yang bernilai.
4.Robert Sternberg dan Robert Wagner(1982)
Mendefinisikan keberbakatan (giftedness) sebagai "a kind of mental self-management".
Manajemen mental kehidupan seseorang yang konstruktif dan bertujuan mempunyai
tiga elemen dasar, yaitu: mengadaptasikan diri pada lingkungan, memilih
lingkungan baru, dan membentuk lingkungan.
Menurut Sternberg dan Wagner,
kunci psikologis dasar keberbakatan intelektual terdapat dalam keterampilan
berwawasan (insight skills) yang mencakup tiga proses utama:
l
Memisahkan informasi yang relevan dari informasi
yang irrelevan;
l
Menggabungkan kepingan-kepingan informasi yang
tidak berkaitan menjadi satu keseluruhan yang terpadu;
l
Mengaitkan informasi yang baru diperoleh dengan
informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
Sternberg dan Wagner menekankan
kemampuan memecahkan masalah dan memandang siswa berbakat sebagai individu yang
mampu memproses informasi secara cepat dan mempergunakan keterampilan
berwawasan.
HUBUNGAN
ANTARA KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN
Konsepsi “ Three-Ring
Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa
tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah
keterkaitan antara :
1.Kemampuan umum di atas rata – rata,
2.Kreativitas di atas rata – rata, dan
3.Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup
tinggi)
Kemampuan
diatas rata – rata
Salah satu kesalahan dalam
identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan
sebagaimana diukur dengan tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan
produktivitas kreatif seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya
terhadap anak berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan –
tulisannya kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan
keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi
pada tes akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif
produktif.
Dalam istilah “ kemampuan umum”
tercakup barbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi,
prestasi, bakat, kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif. Sebagai contoh
adalah penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial, kelancaran dalam
memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah atu
kelompok keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.
Kreativitas
diatas rata -rata
Kelompok ( cluster) kedua yang
dimiliki anak / orang berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk
menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan – gagasan
baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk
melihat hubungan – hubungan baru antara unsur – unsur yang sudah ada
sebelumnya.
Pengikatan
diri terhadap tugas
Kelompok karakteristik yang ketiga
yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri
terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang
untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam – macam
rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya,
karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya
sendiri.
Galton meskipun menganut pandangan
dasar genetis untuk keberbakatan dan “ genius “, namun dia percaya bahwa
motivasi intrinsic dan kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang
perlu untuk mencapai prestasi unggul.
Manfaat dari definisi Renzulli
ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan
keberbakatan: kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri
terhadap tugas).
Jadi, menurut definisi Renzulli,
seseorang yang memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang
berbakat belum tentu memiliki kreativitas.
PENGUKURAN KREATIFITAS
Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara
langsung dan tidak langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada
pula alat untuk mengukur cirri-ciri kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan
pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif.
Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu.
Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu.
Untuk mengukur kemampuan intelektual umum, tes
individual lebih cermat, tetapi lebih banyak memakan waktu dan biaya. Yang
sudah dugunakan di Indonesia adalah tes Stanford-Binet dan Wechsler
intelligence Scale for Children. Tes inteligensi kelompok lebih efisien dalam
ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi
anak sudah optimal. Di Indonesiayang sudah banyak digunakan adalah tes
Progressive Matrices, Culture-Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi
Kolektif Indonesia yang khusus dikontruksi untuk Indonesia.
Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang
untuk Indosnesia, dapat digunakan untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejah
mana seseorang mampu mengikuti pendidikan tersier.
Tes untuk mengukur bakat kepemimpinan belum banyak
digunakan di Indonesia, demikian pula tes untuk mengukur bakat dalam salah satu
bidang seni atau bakat psikomotorik. Tes luar negeriyang mengukut kreativitas
adalah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan
aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan kerncian dalam berpikir.
Tes Torrance untuk mengukur berpikir kreatif
(Torrance Test of Creative Thinking) dapat digunakan mulai usia prasekolah
sampai tamat sekolah menengah, mempunyai bentuk verbal dan figural. Tes ini
telah digunakan di Indonesia untuk tujuan peneltian. Tes lainnya untuk mengukur
berpikir kreatif dan termasuk baru ialah Tes Berpikir Kreatif-Produksi
Menggambar (TRest forCreative Thinking-Drawing Production) dari Jellen dan
Urban (1985). Penilaiannya mencakup sembilan dimensi.
Tes yang khusus di konstruksi di Indonesia ialah
Tes Kreativitas Verbal (Utami Munandar,1977). Tes ini disusun berdasarkan model
Struktur Intelekdari Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen,
dimensi konten, dimensi berpikir verbal, dan berbeda dalam dimensi produk.
Untuk setiap kategori produk ada satu sub-tes. Ada enam sub-tes, yaitu
permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifatyang
sama, macam-macam penggunaan, dan apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri dari
empat butir. Pada bentuk parallel (ada dua bentuk) hanya dua butir. Tes ini
seperti tes Guilford mengukur kelancara, kelenturan, orisionalitas, dan
elaborasi dalam berpikir. Tahun 1986 telah dilakukan penelitian pembakuan TKVyang
menghasilkan nilai baku untuk umur 10 – 18 tahun, dan pengukuran “Creative
Questient”.
Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance
“Circles Test”, dan dibukukan untuk umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia. TKF kecuali mengukur aspek kreativitas tersebut di muka,
juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk kombinasi antara
unsure-unsuryang diberikan.
Skala Sikap Kreatif yang juga khusus disusn di
Indonesia mengukur dimensi efektif dari kreativitas, yaitu sikap kreatif, yang
dioperalisasi dalam tujuh dimensi. Skala ini disusun untuk anak SD dan SMP.
Skala Penilaian Anak Berbakat oleh Guru disusun oleh Renzulli dan terdiridari
empat sub-skala, yaitu untuk mengukur fungsi kognitif (belajar), motivasi,
kreativitas dan kepemimpinan. Sub-skala untuk kreativitas meliputi 10 butir
untuk dinilai guru. Akibat kesuliatan dalam menggunakan alatdari Renzulli, maka
disusun Alat Sederhana untuk Identifikasi Kreativitas, dengan format untuk
Sekolah Dasar dan format untuk Sekolah Menengah. Disnilah dimensi kreativitas
digabungka dengan dimensi laindari keberbakatan.
Skala Nominasi Keberbakatan yang dapat digunakan oleh guru, teman sebaya, dan diri sendiri dikembangkan oleh Lydia Freyani Akbar untuk siswa SD. Ketiga skala tersebut ternyata mempunyai hubungan yang bermakan dengan pengubah keberbakatan.
Skala Nominasi Keberbakatan yang dapat digunakan oleh guru, teman sebaya, dan diri sendiri dikembangkan oleh Lydia Freyani Akbar untuk siswa SD. Ketiga skala tersebut ternyata mempunyai hubungan yang bermakan dengan pengubah keberbakatan.
Sama dengan inteligensi, pengukuran kreativitas
bisa diobyektifkan. Yaitu dengan memberikan suatu hal (misalnya: pinsil) untuk
merangsang pemikiran manfaat dari benda tsb. (misalnya: untuk menulis,
menggambar, mengorek, menggaris, melempar, batas halaman buku, mencungkil,
dsb.). Makin banyak alternatif yang bisa dikembangkan, makin tinggi skornya,
yang juga berarti makin kreatif. Skor kreativitas itu dinamakan CQ (creative quotient), yang diperoleh juga
dengan cara membandingkan prestasi seseorang dengan kelompok sebayanya.
Pencarian pengukuran proses kreatif,pemikiran
primer didapat menggunakan deretan pemikiran divergent.Pada satu waktu,antara
peneliti dan pembelajar menggunakan tes proses kreatif untuk beberapa
decade,dan tes pemikiran divergent menjadi popular mengukur dari proses dan
potensial kreatif.
Tes pemikiran divergent meminta individu untuk
menghasilkan beberapa respon tepat khusus, perbedaannya jelas menstandarisasi
tes prestasi atau kemampuan membutuhkan satu jawaban yang benar.Diantara tes
pemikiran divergent pertama yang dikeluarkan oleh Guilford(1967) structure of
the intellect(SOI)divergent production test,Torrance’s (1962,1974) test of
creative thinking (TTCT). Hampir semua dari tes-tes ini digunakan secara luas
dalam penelitian dan pelajaran kreatifitas.
The SOI test,terdiri dari beberapa tes yang
subjeknya diminta menunjukkan fakta-fakta beberapa hasil area yang berbeda.Tes
SOI ini mempresentasikan beberapa aspek dari (1)ketepatan,(2)kelenturan,
(3)keaslian,(4)Inovasi ide terdahulu.
Getzels dan Jackson (1962) and Wallach dan kogan
(1965) mengembangkan deretan pemikiran divergent yang hampir sama dengan SOI
tes.Sebagai contoh,The Instances Test meminta student list as many things that
move on wheels,(Wallach dan Kogan, 1965) di variasi dari penggunan tes,student
memberikan respon yang tepat “ceritakan pada saya cara berbeda penggunaan
kursi”.Tes lainnya dari deretan tes kreatif memasukkan asosiasi kata,melekatkan
angka atau bilangan,penyelesaian cerita, problem bangunan tugas-tugas dan
interpretasi susunan gambar dan warna,dan interpretasi bermacam masalah .
(Sternberg J.Robert, (1999),Handbook of Creativity, Cambridge University
Press,United State of America)
CONTOH - CONTOH ALAT UKUR KREATIVITAS
Tes yang mengukur kreatifitas secara langsung,
sejumlah tes kreatifitas telah disusun,diantaranya tes dari Torrance untuk
mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of Creative Thingking : TTCT) yang
mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural.Yang terakhir sudah ada yang
diadaptasi untuk Indonesia,yaitu tes lingkaran(circles test) dari Torrance. Tes
ini pertama kali digunakan di Indonesia oleh Utami Munandar (1977) dalam
penelitian untuk disertasinya Creativity and Education, guna membandingkan
ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreativitas figu-ral.Kemudian tahun
1988 Jurusan Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
melakukan penelitian standarisasi tes lingkaran,dan tes ini kemudian disebut
tes kreatifitas figural.Ditentukan nilai baku untuk usia 10 sampai dengan 18
tahun. Tahun 1977 diperkenankan tes kreatifitas pertama yang khusus
dikonstruksikan untuk Indonesia,yaitu Tes Kreatifitas Verbal oleh Utami
Munandar,berdasarkan konstruk Model Struktur Intelek dari Guilford.
Tes yang mengukur Unsur-unsur kreatifitas,
Kreatifitas merupakan suatu konstruk yang multi-dimensional,terdiri dari
berbagai dimensi,yaitu dimensi kognitif (berfikir kreatif), dimensi afektif
(sikap dan kepribadian),dan dimensi psikomotor (keterampilan
kreatif).Masing-masing dimensi meliputi berbagai kategori,seperti misalnya
dimensi kognitif dari kreatifitas-berfikir divergen-mencakup antara lain,
kelancaran, kelenturan dan orisinilitas dalam berfikir,kemampuan untuk merinci
(elaborasi) dan lain-lain.Untuk masing-masing unsure dikonstruksi tes
tersendiri, misalnya untuk orisinalitas. Beberapa contoh tes yang mengukur
orisinalitas adalah : tes menulis cerita. Tes penggunaan batu bata yang meminta
subjek untuk memikirkan berbagai macam penggunaan yang tidak lazim untuk batu
bata,tes purdue yang biasanya digunakan dikawasan industry juga meminta subjek
untuk memberi macam-macam gagasan untuk penggunaan benda-benda yang berkaitan
dengan industry.
Tes
yang mengukur ciri kepribadian kreatif, dari berbagai hasil ditemukan paling
sedikit 50 ciri kepribadian yang berkaitan dengan kreatifitas;dari ciri-ciri
ini disusun skala yang dapat mengukur sejauh mana seseorang memiliki ciri-ciri
tersebut.beberapa tes mengukur ciri-ciri tersebut.Beberapa tes mengukur ciri-ciri
khusus,diantaranya adalah:
1. Tes
mengajukan pertanyaan,yang merupakan bagian dari tes Torrance untuk berfikir
kreatif dan dimaksudkan untuk mengukur kelenturan berfikir.
2. Tes Risk
Taking,digunakan untuk menunjukkan dampak dari pengambilan risiko terhadap
kreatifitas.
3. Tes Figure
Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan prefensi untuk
ketidakteraturan,sebagai salah satu cirri kepribadian kreatif
4. Tes Sex
Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri
dengan peran jenis kelaminnya.Alat yang sudah digunakan di Indonesia ialah Ben
Sex Role Inventory.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers (dalam Munandar, 1999)
adalah:
a. Faktor
internal individu
Faktor
internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi
kreativitas, diantaranya :
1. Keterbukaan
terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan
terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari
pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan
terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif
adalah individu yang mampu menerima perbedaan
2. Evaluasi
internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan
seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari
orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan
dan kritikan dari
orang lain.
3. Kemampuan
untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk,
konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
b. Faktor
eksternal (Lingkungan)
Faktor
eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah
lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran
kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat
dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu
memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki
anggota masyarakat. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan
mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain :
(1)
tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya
keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat, (3)
menekankan pada becoming dan
tidak hanya being, artinya
tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi
pada masa mendatang, (4) memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa
diskriminasi, terutama jenis kelamin, (5) adanya kebebasan setelah pengalamn
tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan
dapat dinikmati, (6) keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda,
(7) adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda, (8)adanya interaksi
antara individu yang berhasil, dan (9) adanya insentif dan penghargaan bagi
hasil karya kreatif. Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan
lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang
otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan krativitas anak.
Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak
didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.
Selain itu
Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi
kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
1. Jenis
kelamin
Anak laki-laki
menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah
berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh
perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki
diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih
mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih
menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
2. Status
sosioekonomi
Anak dari
kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak
kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih
tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
3. Urutan
kelahiran
Anak dari
berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda.
Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir
ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi
dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk
menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak
untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
4. Ukuran
keluarga
Anak dari
keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak
dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan
kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan
menghalangi perkembangan kreativitas.
5. Lingkungan
Anak dari
lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.
6. Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas
yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih
banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak
penyelesaian bagi konflik tersebut.
Empat Dimensi Perilaku
Dimensi 1: Nonentranchment (tanpa kubu,
atau bebas masuk)
a. Memperbaiki
atau menyempurnakan aturan-turan sepanjang waktu
b. Impulsif
(memperturutkan kehendak hati)
c. Mengambil
peluang atau memanfaatkan kesempatan
d. Cenderung
kurang mengetahui keterbatasan yang dimiliki, dan mencoba
apa yang
menurut orang lain dianggap tidak mungkin
e. Emosional
f. Memiliki
semangat bebas
g. Membangun
istana di langit
h. Tidak
konformis
i. Tidak
ortodok (tdk. konvensional)
Dimensi 2: Rasa keindahan dan Imajinasi
a. Memiliki
apresiasi terhadap seni, musik dst.
b. Suka
sendirian ketika sedang mencipta sesuatu yang baru
c. Dapat
menulis, menggambar, dan membuat komposisi musik
d. Memiliki
cita rasa yang baik
e.
Memanfaatkan bahan-bahan di sekitarnya untuk dibuat sesuatu yang unik
f. Terjadi
harmonisasi antara material dengan proses ekspresi
g. Imajinatif
(daya hayal atau fantasi yang tinggi)
Dimensi 3: Kecerdasan atau ketajaman
pandangan
a.
Mempertanyakan norma-norma sosial, dogma-dogma, atau asumsi-asumsi
b. Cepat
mengerti atau tanggap
c. Berpegang
teguh pada suatu pendirian
Dimensi 4: Rasa Ingin Tahu (curiousity)
a. Memiliki
rasa ingin tahu ketika usia dini
b. Memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi
Csikszentmihalyi (1996)=è
Hasil
penelitian terhadap orang-orang kreatif terkenal di dunia
Sepuluh Karakteristik Kepribadian Orang
Kreatif
1. Orang-orang
kreatif memiliki energi pisik yang besar, tetapi mereka juga
sering
istirahat, tanpa aktivitas yang berarti.
2. Orang-orang
kreatif cenderung cerdas (smart),
namun masih juga naif
dalam waktu
yang sama.
3. Orang-orang
kreatif memiliki kombinsi antara bermain (playfulness)
dengan
disiplin, atau antara tanggung jawab dengan tidak t j.
4. Orang-orang
kreatif bergerak di antara imajinasi dan fantasi di satu sisi,
dan tetap
berpijak pada realitas di sisi lain
5. Orang-orang
kreatif memiliki dua kecenderungan yang saling berlawanan,
yaitu antara
ekstroversi dan introvesi
6. Orang-orang
kreatif bersikap rendah hati dan juga berbangga diri pada
waktu yang
bersamaan
7. Orang-orang
kreatif bersifat androjini (maskulin—feminin)
8. Orang-orang
kreatif dianggap sebagai pemberontak dan independen
9. Kebanyakan
orang kreatif sangat mencintai pekerjaannya, namun mereka
tetap dapat bersikap
objektif.
10. Terakhir,
karena keterbukaan dan kepekeaan mereka, orang-orang kreatif
sering
menderita dan terluka, namun juga sangat menikmati pekerjaan-nya (enjoyment)
Ciri-ciri Kreativitas
Ada beberapa
ciri-ciri kreativitas yang dimiliki oleh individu yang kreatif. Guilford (dalam
Munandar, 1992) membedakan antara ciri kognitf (aptitude) dan ciri afektif (non-aptitude) yang berhubungan dengan kreativitas.
Ciri-ciri kognitif (aptitude) ialah
ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir yang meliputi
kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinilitas dalam bepikir dan elaboration (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu
gagasan. Sedangkan ciri-ciri afektif (non-aptitude) ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan
sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa
tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat
menghargai. Kedua jenis ciri-ciri kreativitas itu diperlukan agar perilaku
kreatif dapat terwujud.
Berikut ini
ciri-ciri kognitf (aptitude) dan
ciri-ciri afektif (non-aptitude) menurut
Guilford (dalam Munandar, 1992) akan diuraikan lebih lanjut :
a. Ciri-ciri Kognitif
Kreativitas
yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif (divergen) dan memiliki lima ciri kognitif, yaitu kemampuan
berpikir secara lancar (fluency),
berpikir luwes (flexibelity),
orisinilitas (originality), kemampuan
menilai (evaluation) dan
kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).
1) Kemampuan
berpikir lancar (fluency)
Merupakan
kemampuan untuk melahirkan banyaknya ide dan gagasan, mengemukakan banyaknya
cara untuk melakukan berbagai hal serta mencari banyak kemungkinan alternatif
jawaban dan penyelesaian masalah.
2) Kemampuan
berpikir luwes atau fleksibel (flexibility)
Merupakan
kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi
persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka
dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan
cara berpikir yang baru. Diperlukan kemampuan untuk tidak terpaku pada pola
pemikiran yang lama. Hal ini bisa dilakukan dengan fleksibilitas yang spontan
dan adaptif. Fleksibilitas spontan adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai
macam ide tentang apa saja tanpa rasa takut salah. Sedangkan fleksibilitas
adaptif adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja
tetapi masih memperhatikan kebenaran ide tersebut. Ciri-ciri ini dapat dilihat
pada sikap anak didik dalam memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi)
terhadap suatu gambar, cerita atau masalah, menerapkan suatu konsep dengan cara
yang berbeda-beda, memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari
yang diberikan orang lain, dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi
selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas
kelompok., jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara
yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya, mampu mengubah arah berpikir secara
spontan.
3) Kemampuan
berpikir orisinal (originality)
Merupakan kemampuan
untuk melahirkan ide-ide atau gagasan-gagasan dan mebuat kombinasi-kombinasi
yang sifatnya baru dan unik, menggunakan cara yang tidak lazim dalam
mengungkapkan diri, dan mampu mencari berbagai kemungkinan pemecahan masalah
dengan cara-cara yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain. Ciri-ciri ini
dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memikirkan masalah-masalah atau
hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara
yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru, memiliki cara berpikir
yang lain dari yang lain, setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan,
bekerja untuk menemukan penyelesain yang baru, memberikan
warna-warna
yang tegas dan berbeda dengan keadaan aslinya dalam menggambar atau sering
mempertanyakan mengapa sesuatu hal harus dilakukan dengan suatu cara dan bukan
dengan cara lain.
4) Kemampuan
menilai (evaluation)
Merupakan
kemampuan untuk membuat penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu
pertanyaan benar, atau sutau tindakan itu bijaksana serta tidak hanya
mencetuskan gagasan saja tetapi juga melaksanakannya. Ciri-ciri ini dapat
dilihat pada sikap anak didik dalam memberi pertimbangan atas dasar sudut
pandangnya sendiri, menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal, menganalisa
masalah atau penyesalan secara kritis dengan selalu menanyakan ”Mengapa?”,
mempunyai alasan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk mencapai
suatu keputusan, merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang
tercetus, pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi
peneliti atau penilai yang kritis, menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya.
5) Kemampuan
memperinci (elaboration)
Merupakan
kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide, gagasan atau produk
dan kemampuan untuk memperinci suatu obyek, gagasan, dan situasi sehingga tidak
hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik. Ciri-ciri ini dapat
dilihat pada sikap anak didik dalam mencari arti yang lebih mendalam terhadap
jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang
terperinci, mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, mencoba atau
menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh, mempunyai rasa
keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana,
menambahkan garis-garis, warna-warna dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap
gambarnya sendiri atau gambar orang lain.
b. Ciri-ciri afektif
Ciri-ciri
afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap
mental atau perasaan individu. Ciri-ciri afketif ini saling berhubungan dan
saling mempengaruhi dengan ciri-ciri kognitif. Kreativitas yang berkaitan
dengan sikap dan perasaan seseorang. Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:
1) Rasa ingin
tahu.
Selalu
terdorong untuk mengetahui lebih banyak, misalnya: selalu bertanya,
memperhatikan banyak hal, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau
meneliti. Ada beberapa perilaku peserta didik yang mencerminkan rasa ingin
tahu, misalnya sering mempertanyakan segala sesuatu, senang menjajaki
buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari
gagasangagasan baru, menggunakan semua pancainderanya untuk mengenal, tidak
takut menjajaki bidang-bidang baru, ingin mengamati perubahan-perubahan dari
hal-hal atau kejadiankejadian.
2) Bersifat
imajinatif/fantasi
Mampu
memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi dan
menggunakan daya khayal namun dapat membedakan mana khayalan dan mana yang
kenyataan. Perilaku yang terlihat pada siswa biasanya berupa memikirkan atau
membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, memikirkan bagaimana jika
melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain, meramalkan apa yang
akan dikatakan atau dilakukan orang lain, mempunyai firasat tentang sesuatu
yang belum terjadi, melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang
lain, membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi atau
tentang kejadian-kejadian yang belum pernah
dialami.
3) Merasa
tertantang oleh kemajemukan
Mempunyai
dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh
situasi-situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
Perilaku anak didik yang mencerminkan sikap tertantang oleh kemajemukan, adalah
menggunakan gagasan atau masalah-masalah yang rumit, melibatkan diri dalam
tugas-tugas yang majemuk, tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan
keadaannya, mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain, tidak cenderung
mencari jalan tergampang, berusaha terus-menerus agar berhasil, mencari
jawaban-jawaban yang lebih sulit atau rumit daripada menerima yang mudah, dan
senang menjajaki jalan yang lebih rumit.
4) Sifat
berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan)
Berani
mempunyai pendapat meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat
kritik dari orang lain. Perilaku anak didik yang memiliki sifat berani dalam
mengambil risiko adalah berani mempertahankan gagasan-gagasan atau pendapatnya
walaupun mendapatkan tantangan atau kritik, bersedia mengakui kesalahan-kesalahannya,
berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal, berani
mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan orang
lain, tidak mudah dipengaruhi orang lain, melakukan hal-hal yang diyakini,
meskipun tidak disetujui sebagian orang, berani mencoba hal-hal baru, berani
mengakui kegagalan dan berusaha lagi.
5) Sifat
menghargai
Kemampuan
untuk dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, menghargai
kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Perilaku anak didik
yang memiliki sifat menghargai adalah menghargai hak-hak sendiri dan orang
lain, menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri, menghargai makna orang
lain, menghargai keluarga, sekolah lembaga pendidikan lainnya serta
teman-teman, menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung
jawab, tahu apa yang betul-betul penting dalam hidup, menghargai
kesempatan-kesempatan yang diberikan, senang dengan penghargaan terhadap
dirinya.
7 cara untuk
mengasah kreativitas alami Anda
Jangan Terlalu Cepat Membuat Asumsi.
Terlalu cepat
mengambil asumsi adalah contoh dari sikap malas berpikir. Kenapa disebut malas?
Karena sering kali kita tidak mau menunggu untuk mendapatkan semua informasi
yang kita perlukan untuk mendapatkan kesimpulan yang benar. Terlalu cepat
mengambil asumsi artinya dia malas untuk mendapatkan atau mencari informasi
yang diperlukan.
Ada kisah dari
nasabah di bank yang setelah menguangkan cek dan berbalik untuk pergi, kemudian
kembali dan berkata:
“Maaf, saya
pikir Anda membuat kesalahan.”
Kasir
menjawab, “Saya minta maaf tapi tidak ada yang bisa saya lakukan Anda harus
menghitungnya di depan kami. Jika Anda sudah berjalan kaki, kami tidak lagi
bertanggung jawab.”
Nasabah
menjawab: “OK, terima kasih atas tambahan $ 20.”
Si kasir
terlalu cepat mengambil asumsi, dikiranya si nasabah mau meminta tambahan
karena kurang, padahal justru kelebihan. Akhirnya si kasir malah rugi sendiri.
Tip Mengasah
Kreativitas: Bila Anda merasa diri Anda ingin untuk menarik kesimpulan,
usahakan sampai mendapatkan informasi yang cukup. Kesabaran dan kemauan
mendapatkan informasi yang cukup adalah salah satu cara untuk mengasah
kreativitas kita.
Lihat Hal Dari sudut pandang orang lain.
Pikiran yang
benar-benar terbuka bersedia menerima bahwa, tidak hanya mengandalkan sudut
pandang sendiri, tetapi bahwa sudut pandang orang lain mungkin lebih valid.
Anda boleh hebat, tapi orang lain bisa mendapatkan informasi yang belum pernah
Anda dapatkan. Bisa jadi, ilmu Anda sudah banyak, tetapi orang lain juga bisa menemukan
ilmu, meski pun sedikit, tetapi belum Anda ketahui.
Tip Mengasah
Kreativitas: Bersiaplah untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain. Sebab,
bisa jadi Anda menemukan sesuatu yang belum pernah Anda temukan.
Mengasah Kreativitas Dengan Menghindari Berpikir Yo-Yo.
Beberapa orang
cenderung memiliki kecenderungan untuk berayun dari suasana hati yang sangat
positif satu menit untuk satu yang sangat negatif berikutnya, semuanya karena
apa yang mereka lihat di depan mereka. Ini seperti yo-yo: satu menit, turun
berikutnya atau dikenal juga orang yang tergantung mood.
Tip Mengasah
Kreativitas: Jika ada tergantung oleh mood, maka pikiran Anda tidak akan
bekerja dengan baik. Oleh karena itu mulailah belajar berpikir tanpa harus
dipengaruhi oleh mood.
Menghilangkan Kebiasaan Malas Berpikir.
Kebiasaan
malas berpikir bisa menjadi batu sandungan besar untuk berpikir jernih. Malas
berpikir bisa mendapatkan kesimpulan yang salah, informasi yang tidak lengkap,
dan tidak mendapatkan apa yang seharusnya Anda dapatkan. Sementara, Anda akan
bertindak sesuai dengan kesimpulan yang Anda dapatkan. Anda tidak akan pernah
mendapatkan ide-ide kreatif jika malas berpikir.
Tip Mengasah
Kreativitas: Jangan berpikir bahwa, sesuatu terjadi selalu dengan cara
biasanya. Bisa saja, kali ini berubah. Jangan pernah mengandalkan “biasanya”.
Ciri orang yang malasa berpikir selalu beralasan dengan “biasanya”.
Think Like A Child.
Sedikit
bergaya, dengan menggunakan bahasa Inggris, berpikirlah seperti anak kecil.
Penelitian
menunjukkan bahwa jumlah sinapsis, atau koneksi di otak pada anak dua lebih
besar daripada orang dewasa rata-rata. Inilah alasannya anak-anak tidak
memiliki batasan pandangan terhadap dunia, sebagaimana orang dewasa.
Tentu saja tidak semua cara berpikir anak-anak harus ditiru. Cara berpikir ana-anak yang bisa ditiru adalah keinginan mencoba dan mengetahuinya yang tinggi. Sementara cara berpikir bergantung pada orang lain, manja, dan cengeng jangan ditiru.
Tentu saja tidak semua cara berpikir anak-anak harus ditiru. Cara berpikir ana-anak yang bisa ditiru adalah keinginan mencoba dan mengetahuinya yang tinggi. Sementara cara berpikir bergantung pada orang lain, manja, dan cengeng jangan ditiru.
Tip mengasah
kreativitas: Jangan khawatir tentang mitos usia. Dengan stimulus yang tepat dan
gairah untuk belajar, Anda benar-benar dapat meningkatkan kekuatan otak Anda.
Pikirkan Untuk Diri Anda.
Tahukah Anda,
jika kita sering menonton berita, ada pola pikir yang secara tidak sadar kita
terima. Media memang digunakan untuk membentuk opini. Nah, Anda jangan terbawa
opini publik dengan mudah. Sepertinya benar karena sudah menjadi opini umum,
tetapi pernahkah Anda berpikir untuk berbeda? Intinya berusahalan berpikir
untuk diri sendiri, jangan hanya mengikuti opini orang lain.
Tip Mengasah
Kreativitas: Jangan biarkan opini orang lain mempengaruhi Anda bagaimana untuk
berpikir. Berpikirlah dengan jernih, mungkin opini publik itu salah, mungkin
juga benar. Hanya Al Quran dan Hadits Shahih yang dijamin kebenarannya.
Insya Allah
setelah melakukan 7 tip mengasah kreativitas ini Anda akan terpukau karena
banyak ide-ide cemerlang yang Anda hasilkan. Selamat mengasah kreativitas Anda.
Program Terapi Pikiran Positif
Pikiran
positif sangat penting, sebab semua berawal dari pikiran Anda. Anda adalah apa
yang Anda pikirkan. Mungkin Anda pernah mendengar apa yang disebut dengan
kejaiban berpikir positif, yang katanya “jika Anda berpikir bisa, maka Anda
akan bisa”. Tentu saja, sebagai seorang Muslim, kita menambahkan insya Allah,
sebab kita tidak bisa memastikan secara mutlak.
“Jika Anda
berpikir bisa, insya Allah Anda akan bisa.”
SUMBER :
Darsono, Licen Indahwati. DETERMINAN
KREATIVITAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA: SEBUAH STUDI EMPIRIS DI DUNIA
PENDIDIKAN TINGGI. Unika Widya Mandala. Surabaya: 2006
http://old.nabble.com/TaManBinTaNG-%3E%3E%3E-KAKA:-Kompetisi-Asah-Kreativitas-Angka-td19196323.html. 18
Desember 2009
Purwanto. Kreativitas Berpikir
Menurut Guilford. STAIN Surakarta; 2007
Sarwono,
Sarlito Wirawan. Emotional dan Spiritual
Quotient untuk meningkatkan Produktivitas Kerja. www.indonesianpsychologist.blogspot.com
www.nakita.com. Mengukur Tingkat Kreativitas Si Prasekolah.18
Desember 2009
www.unikaatmajaya.com. Kreativitas Angka. 18 Desember 2009
www.wahyubk.blogspot.com. Pengertian
Kreativitas, 16 Desember 2009
BAB III
KESIMPULAN
Kreativitas, disamping bermakna
untuk pengembangan diri maupun pembangunan masyarakat, juga merupakan salah
satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai
salah satu kebutuhan paling tinggi manusia ( Maslow, 1968 ).
Kreativitas dalam perkembangannya
sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek pribadi, pendorong, proses, dan
produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi
yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari proses, menurut Torrance ( 1988),
kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat
dugaan tentang kekurangan ( masalah ) ini, menilai dan menguji dugaan atau
hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan
hasil – hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan,
inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas
menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas, ialah sesuatu
yang baru, orisinalitas, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong
kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal
dari lingkungannya.
Menurut Three-Ring Conception dari Renzulli dan kawan – kawan, keberbakatan
merupakan keterpautan antara kemampuan umum diatas rata- rata, kreativitas
diatas rata- rata, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi internal.
Kreativitas dan keberbakatan
merupakan dua hal yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kesuksesan
seseorang. Seseorang yang mempunyai kreativitas, pasti orang tersebut memiliki
bakat. Tetapi orang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar