Rabu, 17 Oktober 2012



MAKALAH KREATIFITAS PSIKOLOGI




 










KELOMPOK 5 :

1. ANA NUR LAILI NIM : G0A012025
2. AFIF SUBHAN NIM : G0A012026
3.WAHYUNI  NIM : G0A012027
4. MAHENDRA BAYU NIM : G0A012029
5. AISYAH AMINI NIM : G0A012030
6. DESI HALWA ANDINI NIM : G0A012031






PRESENTASI KELOMPOK 5 KREATIFITAS
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SEMARANG
2012


BAB I
PENDAHULUAN

      A.LATAR BELAKANG MASALAH
Bakat adalah anugrah yang tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat tertentu. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran.
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah penemuan besar.
Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah mengangkat tema kreativitas dan keberbakatan.
      B. RUMUSAN MASALAH
      1.Pengertian kreativitas
      2.Pengertian keberbakatan
      3.Hubungan antara kreativitas dan keberbakatan
      C.TUJUAN MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Kreativitas dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang kreativitas dan keberbakatan

BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KREATIVITAS
Salah satu masalah yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreativitas ialah bahwa ada begitu banyak definisi tentang kreativitas, tetapi tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal. Mengingat kompleksitas dari konsep kreativitas, agaknya hal ini tidak mungkin dan tidak perlu, karena kreativitas dapat ditinjau dari berbagai aspek, yang kendatipun saling berkaitan tetapi penekanannya berbeda – beda. Rodhes (1961, dalam Isaksen, 1987) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses, dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong ( press) individu ke perilaku kreatif. Rodhes menyebut keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai “four p’s of creativity “,yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product. Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu dari empat P ini atau kombinasinya. Keempat P ini saling berkaitan: pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam menghasilkan produk kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan ( press) dari lingkungan menghasilkan produk kreatif. Torrance ( 1988) yang memilih definisi proses tentang kreativitas, menjelaskan hubungan antara keempat P tersebut sebagai berikut : dengan berfokus pada proses kreatif, dapat ditanyakan jenis pribadi yang bagaimanakah akan berhasil dalam proses tersebut, macam lingkungan yang bagaimanakah akan memudahkan proses kreatif, dan produk yang bagaimanakah yang dihasilkan dari proses kreatif?
Marilah kita melihat beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan empat P, menurut para pakar.
Definisi pribadi
Menurut Hulbeck (1945) “ tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya”. Fokus pada segi pribadi jelas dalam definisi ini.
Definisi yang lebih baru tentang kreativitas diberikan dalam “ three-facet model of creativity” oleh Sternberg (1988), yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis : inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/ motivasi. Bersama – sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif “.
Inteligensi meliputi terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, ketrampilan pengambilan keputusan, keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum.
Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi yang kreatif menunjukkan kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan aturan sendiri, melakukan hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak terlau terstruktur, senang menulis, merancang, lebih tertarik pada jabatan yang kreatif, seperti pengarang, saintis, artis, atau arsitek.
Dimensi kepribadian/ motivasi meliputi cirri – ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan risiko yang moderat.
Definisi proses
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
 Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
1.    Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).

Definisi produk
Barron ( 1969) menyatakan bahwa “ kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan / menciptakan sesuatu yang baru “. Begitu pula menurut Haefele ( 1962) “ kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi – kombinasi baru yang mempunyai makna sosial “. Definisi Haefele ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan produk itu harus baru, tetapi kombinasinya. Unsur – unsurnya bisa saja sudah ada lama sebelumnya. Definisi Haefele menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna.
Definisi “ press”
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal (diri sendiri) berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal (dari lingkungan sosial dan psikologis). Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.

PENGERTIAN KEBERBAKATAN
Apa yang dimaksud “ keberbakatan” dan “ anak berbakat”? Dalam kepustakaan yang ditemukan berbagai istilah dan definisi mengenai anak berbakat dan keberbakatan. Istilah ini yang menunjukkan suatu perkembangan dari pendekatan “uni-dimensional” ( seperti definisi dari Terman yang menggunakan inteligensi sebagai criteria tunggal untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu IQ 140) ke pendekatan “ multi-dimensional “. Pendekatan ini yang mengakui keragaman konsep dan kriteria keberbakatan, yaitu memerlukan cara – cara dan alat – alat yang berbeda – beda pula untuk mengidentifikasinya.
1.Definisi ESOE tentang keberbakatan
Dalam seminar nasional mengenai Alternatif Program Pendidikan bagi Anak Berbakat yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Kreativitas pada tanggal 12- 14 November 1981 di Jakarta ( Utami Munandar, 1982), disepakati bahwa :
Anak berbakat adalah anak yang oleh orang – orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan – kemampuan unggul. Anak – anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/ atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.
Kemampuan – kemampuan tersebut, baik secara potensional maupun yang telah nyata, meliputi :
a.Kemampuan intelektual umum
Para pendidik biasanya mendefinisikan hal ini berdasarkan skor yang tinggi dari hasil tes inteligensi (biasanya 2 deviasi standar di atas mean) pada pengukuran individual ataupun kelompok. Orang tua dan guru sering dapat mengenali anak yang memiliki bakat intelektual umum ini dari keluasan pengetahuan umumnya dan ketinggian tingkat kosa kata, ingatan, pengetahuan kata-kata abstrak, serta daya nalar abstraknya
b.Kemampuan akademik khusus
Siswa yang memiliki bakat akademik spesifik dapat dikenali dari kinerjanya yang menonjol dalam tes prestasi atau tes bakat dalam satu bidang tertentu seperti bahasa atau matematika.
c.Kemampuan berpikir kreatif – produktif
Kreativitas yang menekankan produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang diperoleh melalui interaksi antara keunikan individu dengan lingkungannya
d.Kemampuan memimpin
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau kelompok-kelompok ke satu keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menunjukkan keberbakatan dalam kemampuan kepemimpinan mampu menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi- situasi yang sulit. Banyak guru dapat mengenali kepemimpinan dari minat dan keterampilan siswa dalam pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup rasa percaya diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan untuk mengadaptasikan diri
dengan mudah pada situasi-situasi baru. Siswa seperti ini dapat diidentifikasi dengan instrumen-instrumen seperti The Fundamental Interpersonal Relations Orientation Behavior (FIRO-B).
e.Kemampuan dalam salah satu bidang seni
Bakat seni merupakan keunggulan dalam menggambar, melukis, memahat, dan berbagai ekspresi artistik yang dapat ditangkap oleh mata. Sedangkan bakat pertunjukan menunjuk pada keunggulan baik dalam musik instrumental maupun vokal, teater, dan tari. Siswa-siswa ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan instrumen deskripsi tugas seperti the Creative Products Scales, yang dikembangkan untuk Detroit Public Schools oleh Patrick Byrons dan Beverly Ness Parke di Wayne State University.
f.Kemampuan psikomotor ( seperti dalam olahraga)
Ini mencakup kemampuan kinesthetik motor seperti keterampilan praktis, spasial, mekanik, dan fisik. Kemampuan tersebut jarang dipergunakan sebagai kriteria dalam program keberbakatan.
Definisi ini merupakan adopsi dari definisi U.S. Office of Education ( Maryland, 1972) dan dalam kepustakaan biasanya disebut sebagai definisi USEO.
2.Definisi dari Abraham Maslow
Maslow membedakan antara " kreativitas aktualisasi diri “ kreativitas talenta khusus”. Orang – orang dengan kreativitas talenta khusus memiliki bakat atau talenta kreatif yang luar biasa dalam bidang seni, sastra, musik, teater, sains, bisnis, atau bidang lainnya. Orang – orang ini bisa saja menunjukkan penyesuaian diri dan aktualisasi diri yang baik, tetapi mungkin juga tidak.
Orang – orang kreatif yang mampu mengaktualisasi diri adalah sehat mental, hidup sepenuhnya dan produktif, dan cenderung menghadapi aspek kehidupannya secara fleksibel dan kreatif.
Implikasi dari pembedaan antara keduanya krativitas aktualisasi diri dan kreativitas talenta khusus adalah penekanan pada pentingnya ciri – ciri afektif dari kreativitas, ciri kepribadian, sikap, motivasi, dan predisposisi untuk berpikir kreatif.
3.Konsepsi Renzulli tentang keberbakatan
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
g.Kemampuan umum di atas rata – rata,
h.Kreativitas di atas rata – rata, dan
i.Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)
Menurut Renzulli, anak berbakat adalah mereka yang memiliki atau berkemampuan mengembangkan gabungan ketiga kelompok sifat tersebut dan mengaplikasikannya pada bidang kinerja kemanusiaan yang bernilai.
4.Robert Sternberg dan Robert Wagner(1982)
Mendefinisikan keberbakatan (giftedness) sebagai "a kind of mental self-management". Manajemen mental kehidupan seseorang yang konstruktif dan bertujuan mempunyai tiga elemen dasar, yaitu: mengadaptasikan diri pada lingkungan, memilih lingkungan baru, dan membentuk lingkungan.
Menurut Sternberg dan Wagner, kunci psikologis dasar keberbakatan intelektual terdapat dalam keterampilan berwawasan (insight skills) yang mencakup tiga proses utama:
l Memisahkan informasi yang relevan dari informasi yang irrelevan;
l Menggabungkan kepingan-kepingan informasi yang tidak berkaitan menjadi satu keseluruhan yang terpadu;
l Mengaitkan informasi yang baru diperoleh dengan informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
Sternberg dan Wagner menekankan kemampuan memecahkan masalah dan memandang siswa berbakat sebagai individu yang mampu memproses informasi secara cepat dan mempergunakan keterampilan berwawasan.
HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
1.Kemampuan umum di atas rata – rata,
2.Kreativitas di atas rata – rata, dan
3.Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)

Kemampuan diatas rata – rata
Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif.
Dalam istilah “ kemampuan umum” tercakup barbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif. Sebagai contoh adalah penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial, kelancaran dalam memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah atu kelompok keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.
Kreativitas diatas rata -rata
Kelompok ( cluster) kedua yang dimiliki anak / orang berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan – gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk  melihat hubungan – hubungan baru antara unsur – unsur yang sudah ada sebelumnya.
Pengikatan diri terhadap tugas
Kelompok karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam – macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun menganut pandangan dasar genetis untuk keberbakatan dan “ genius “, namun dia percaya bahwa motivasi intrinsic dan kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang perlu untuk mencapai prestasi unggul.

Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan: kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas).
Jadi, menurut definisi Renzulli, seseorang yang memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.

PENGUKURAN KREATIFITAS

Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada pula alat untuk mengukur cirri-ciri kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif.
Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu.
Untuk mengukur kemampuan intelektual umum, tes individual lebih cermat, tetapi lebih banyak memakan waktu dan biaya. Yang sudah dugunakan di Indonesia adalah tes Stanford-Binet dan Wechsler intelligence Scale for Children. Tes inteligensi kelompok lebih efisien dalam ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi anak sudah optimal. Di Indonesiayang sudah banyak digunakan adalah tes Progressive Matrices, Culture-Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia yang khusus dikontruksi untuk Indonesia.
Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang untuk Indosnesia, dapat digunakan untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejah mana seseorang mampu mengikuti pendidikan tersier.
Tes untuk mengukur bakat kepemimpinan belum banyak digunakan di Indonesia, demikian pula tes untuk mengukur bakat dalam salah satu bidang seni atau bakat psikomotorik. Tes luar negeriyang mengukut kreativitas adalah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan kerncian dalam berpikir.
Tes Torrance untuk mengukur berpikir kreatif (Torrance Test of Creative Thinking) dapat digunakan mulai usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah, mempunyai bentuk verbal dan figural. Tes ini telah digunakan di Indonesia untuk tujuan peneltian. Tes lainnya untuk mengukur berpikir kreatif dan termasuk baru ialah Tes Berpikir Kreatif-Produksi Menggambar (TRest forCreative Thinking-Drawing Production) dari Jellen dan Urban (1985). Penilaiannya mencakup sembilan dimensi.
Tes yang khusus di konstruksi di Indonesia ialah Tes Kreativitas Verbal (Utami Munandar,1977). Tes ini disusun berdasarkan model Struktur Intelekdari Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi berpikir verbal, dan berbeda dalam dimensi produk. Untuk setiap kategori produk ada satu sub-tes. Ada enam sub-tes, yaitu permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifatyang sama, macam-macam penggunaan, dan apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri dari empat butir. Pada bentuk parallel (ada dua bentuk) hanya dua butir. Tes ini seperti tes Guilford mengukur kelancara, kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dalam berpikir. Tahun 1986 telah dilakukan penelitian pembakuan TKVyang menghasilkan nilai baku untuk umur 10 – 18 tahun, dan pengukuran “Creative Questient”.
Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance “Circles Test”, dan dibukukan untuk umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. TKF kecuali mengukur aspek kreativitas tersebut di muka, juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk kombinasi antara unsure-unsuryang diberikan.
Skala Sikap Kreatif yang juga khusus disusn di Indonesia mengukur dimensi efektif dari kreativitas, yaitu sikap kreatif, yang dioperalisasi dalam tujuh dimensi. Skala ini disusun untuk anak SD dan SMP. Skala Penilaian Anak Berbakat oleh Guru disusun oleh Renzulli dan terdiridari empat sub-skala, yaitu untuk mengukur fungsi kognitif (belajar), motivasi, kreativitas dan kepemimpinan. Sub-skala untuk kreativitas meliputi 10 butir untuk dinilai guru. Akibat kesuliatan dalam menggunakan alatdari Renzulli, maka disusun Alat Sederhana untuk Identifikasi Kreativitas, dengan format untuk Sekolah Dasar dan format untuk Sekolah Menengah. Disnilah dimensi kreativitas digabungka dengan dimensi laindari keberbakatan.
Skala Nominasi Keberbakatan yang dapat digunakan oleh guru, teman sebaya, dan diri sendiri dikembangkan oleh Lydia Freyani Akbar untuk siswa SD. Ketiga skala tersebut ternyata mempunyai hubungan yang bermakan dengan pengubah keberbakatan.
Sama dengan inteligensi, pengukuran kreativitas bisa diobyektifkan. Yaitu dengan memberikan suatu hal (misalnya: pinsil) untuk merangsang pemikiran manfaat dari benda tsb. (misalnya: untuk menulis, menggambar, mengorek, menggaris, melempar, batas halaman buku, mencungkil, dsb.). Makin banyak alternatif yang bisa dikembangkan, makin tinggi skornya, yang juga berarti makin kreatif. Skor kreativitas itu dinamakan CQ (creative quotient), yang diperoleh juga dengan cara membandingkan prestasi seseorang dengan kelompok sebayanya.
Pencarian pengukuran proses kreatif,pemikiran primer didapat menggunakan deretan pemikiran divergent.Pada satu waktu,antara peneliti dan pembelajar menggunakan tes proses kreatif untuk beberapa decade,dan tes pemikiran divergent menjadi popular mengukur dari proses dan potensial kreatif.
Tes pemikiran divergent meminta individu untuk menghasilkan beberapa respon tepat khusus, perbedaannya jelas menstandarisasi tes prestasi atau kemampuan membutuhkan satu jawaban yang benar.Diantara tes pemikiran divergent pertama yang dikeluarkan oleh Guilford(1967) structure of the intellect(SOI)divergent production test,Torrance’s (1962,1974) test of creative thinking (TTCT). Hampir semua dari tes-tes ini digunakan secara luas dalam penelitian dan pelajaran kreatifitas.
The SOI test,terdiri dari beberapa tes yang subjeknya diminta menunjukkan fakta-fakta beberapa hasil area yang berbeda.Tes SOI ini mempresentasikan beberapa aspek dari (1)ketepatan,(2)kelenturan, (3)keaslian,(4)Inovasi ide terdahulu.
Getzels dan Jackson (1962) and Wallach dan kogan (1965) mengembangkan deretan pemikiran divergent yang hampir sama dengan SOI tes.Sebagai contoh,The Instances Test meminta student list as many things that move on wheels,(Wallach dan Kogan, 1965) di variasi dari penggunan tes,student memberikan respon yang tepat “ceritakan pada saya cara berbeda penggunaan kursi”.Tes lainnya dari deretan tes kreatif memasukkan asosiasi kata,melekatkan angka atau bilangan,penyelesaian cerita, problem bangunan tugas-tugas dan interpretasi susunan gambar dan warna,dan interpretasi bermacam masalah . (Sternberg J.Robert, (1999),Handbook of Creativity, Cambridge University Press,United State of America)
CONTOH - CONTOH ALAT UKUR KREATIVITAS
Tes yang mengukur kreatifitas secara langsung, sejumlah tes kreatifitas telah disusun,diantaranya tes dari Torrance untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of Creative Thingking : TTCT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural.Yang terakhir sudah ada yang diadaptasi untuk Indonesia,yaitu tes lingkaran(circles test) dari Torrance. Tes ini pertama kali digunakan di Indonesia oleh Utami Munandar (1977) dalam penelitian untuk disertasinya Creativity and Education, guna membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreativitas figu-ral.Kemudian tahun 1988 Jurusan Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia melakukan penelitian standarisasi tes lingkaran,dan tes ini kemudian disebut tes kreatifitas figural.Ditentukan nilai baku untuk usia 10 sampai dengan 18 tahun. Tahun 1977 diperkenankan tes kreatifitas pertama yang khusus dikonstruksikan untuk Indonesia,yaitu Tes Kreatifitas Verbal oleh Utami Munandar,berdasarkan konstruk Model Struktur Intelek dari Guilford.
Tes yang mengukur Unsur-unsur kreatifitas, Kreatifitas merupakan suatu konstruk yang multi-dimensional,terdiri dari berbagai dimensi,yaitu dimensi kognitif (berfikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian),dan dimensi psikomotor (keterampilan kreatif).Masing-masing dimensi meliputi berbagai kategori,seperti misalnya dimensi kognitif dari kreatifitas-berfikir divergen-mencakup antara lain, kelancaran, kelenturan dan orisinilitas dalam berfikir,kemampuan untuk merinci (elaborasi) dan lain-lain.Untuk masing-masing unsure dikonstruksi tes tersendiri, misalnya untuk orisinalitas. Beberapa contoh tes yang mengukur orisinalitas adalah : tes menulis cerita. Tes penggunaan batu bata yang meminta subjek untuk memikirkan berbagai macam penggunaan yang tidak lazim untuk batu bata,tes purdue yang biasanya digunakan dikawasan industry juga meminta subjek untuk memberi macam-macam gagasan untuk penggunaan benda-benda yang berkaitan dengan industry.
Tes yang mengukur ciri kepribadian kreatif, dari berbagai hasil ditemukan paling sedikit 50 ciri kepribadian yang berkaitan dengan kreatifitas;dari ciri-ciri ini disusun skala yang dapat mengukur sejauh mana seseorang memiliki ciri-ciri tersebut.beberapa tes mengukur ciri-ciri tersebut.Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus,diantaranya adalah:
1.  Tes mengajukan pertanyaan,yang merupakan bagian dari tes Torrance untuk berfikir kreatif dan dimaksudkan untuk mengukur kelenturan berfikir.
2.  Tes Risk Taking,digunakan untuk menunjukkan dampak dari pengambilan risiko terhadap kreatifitas.
3.  Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan prefensi untuk ketidakteraturan,sebagai salah satu cirri kepribadian kreatif
4.  Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri dengan peran jenis kelaminnya.Alat yang sudah digunakan di Indonesia ialah Ben Sex Role Inventory.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers (dalam Munandar, 1999) adalah:
a. Faktor internal individu
Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya :
1. Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan
2. Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari
orang lain.
3. Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
b. Faktor eksternal (Lingkungan)
Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain :
(1) tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat, (3) menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang, (4) memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin, (5) adanya kebebasan setelah pengalamn tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati, (6) keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, (7) adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda, (8)adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan (9) adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif. Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan krativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.
Selain itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
1. Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
2. Status sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
3. Urutan kelahiran
Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
4. Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
5. Lingkungan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.
6. Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

Empat Dimensi Perilaku
Dimensi 1: Nonentranchment (tanpa kubu, atau bebas masuk)
a. Memperbaiki atau menyempurnakan aturan-turan sepanjang waktu
b. Impulsif (memperturutkan kehendak hati)
c. Mengambil peluang atau memanfaatkan kesempatan
d. Cenderung kurang mengetahui keterbatasan yang dimiliki, dan mencoba
apa yang menurut orang lain dianggap tidak mungkin
e. Emosional
f. Memiliki semangat bebas
g. Membangun istana di langit
h. Tidak konformis
i. Tidak ortodok (tdk. konvensional)

Dimensi 2: Rasa keindahan dan Imajinasi
a. Memiliki apresiasi terhadap seni, musik dst.
b. Suka sendirian ketika sedang mencipta sesuatu yang baru
c. Dapat menulis, menggambar, dan membuat komposisi musik
d. Memiliki cita rasa yang baik
e. Memanfaatkan bahan-bahan di sekitarnya untuk dibuat sesuatu yang unik
f. Terjadi harmonisasi antara material dengan proses ekspresi
g. Imajinatif (daya hayal atau fantasi yang tinggi)

Dimensi 3: Kecerdasan atau ketajaman pandangan
a. Mempertanyakan norma-norma sosial, dogma-dogma, atau asumsi-asumsi
b. Cepat mengerti atau tanggap
c. Berpegang teguh pada suatu pendirian

Dimensi 4: Rasa Ingin Tahu (curiousity)
a. Memiliki rasa ingin tahu ketika usia dini
b. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

Csikszentmihalyi (1996)=è
Hasil penelitian terhadap orang-orang kreatif terkenal di dunia

Sepuluh Karakteristik Kepribadian Orang Kreatif 

1. Orang-orang kreatif memiliki energi pisik yang besar, tetapi mereka juga
sering istirahat, tanpa aktivitas yang berarti.
2. Orang-orang kreatif cenderung cerdas (smart), namun masih juga naif
dalam waktu yang sama.
3. Orang-orang kreatif memiliki kombinsi antara bermain (playfulness)
dengan disiplin, atau antara tanggung jawab dengan tidak t j.
4. Orang-orang kreatif bergerak di antara imajinasi dan fantasi di satu sisi,
dan tetap berpijak pada realitas di sisi lain
5. Orang-orang kreatif memiliki dua kecenderungan yang saling berlawanan,
yaitu antara ekstroversi dan introvesi
6. Orang-orang kreatif bersikap rendah hati dan juga berbangga diri pada
waktu yang bersamaan
7. Orang-orang kreatif bersifat androjini (maskulin—feminin)
8. Orang-orang kreatif dianggap sebagai pemberontak dan independen
9. Kebanyakan orang kreatif sangat mencintai pekerjaannya, namun mereka
tetap dapat bersikap objektif.
10. Terakhir, karena keterbukaan dan kepekeaan mereka, orang-orang kreatif
sering menderita dan terluka, namun juga sangat menikmati pekerjaan-nya (enjoyment)

Ciri-ciri Kreativitas

Ada beberapa ciri-ciri kreativitas yang dimiliki oleh individu yang kreatif. Guilford (dalam Munandar, 1992) membedakan antara ciri kognitf (aptitude) dan ciri afektif (non-aptitude) yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri kognitif (aptitude) ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir yang meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinilitas dalam bepikir dan elaboration (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Sedangkan ciri-ciri afektif (non-aptitude) ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai. Kedua jenis ciri-ciri kreativitas itu diperlukan agar perilaku kreatif dapat terwujud.
Berikut ini ciri-ciri kognitf (aptitude) dan ciri-ciri afektif (non-aptitude) menurut Guilford (dalam Munandar, 1992) akan diuraikan lebih lanjut :
a. Ciri-ciri Kognitif
Kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif (divergen) dan memiliki lima ciri kognitif, yaitu kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes (flexibelity), orisinilitas (originality), kemampuan menilai (evaluation) dan kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).
1) Kemampuan berpikir lancar (fluency)
Merupakan kemampuan untuk melahirkan banyaknya ide dan gagasan, mengemukakan banyaknya cara untuk melakukan berbagai hal serta mencari banyak kemungkinan alternatif jawaban dan penyelesaian masalah.
2) Kemampuan berpikir luwes atau fleksibel (flexibility)
Merupakan kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru. Diperlukan kemampuan untuk tidak terpaku pada pola pemikiran yang lama. Hal ini bisa dilakukan dengan fleksibilitas yang spontan dan adaptif. Fleksibilitas spontan adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tanpa rasa takut salah. Sedangkan fleksibilitas adaptif adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tetapi masih memperhatikan kebenaran ide tersebut. Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah, menerapkan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda, memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain, dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok., jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya, mampu mengubah arah berpikir secara spontan.
3) Kemampuan berpikir orisinal (originality)
Merupakan kemampuan untuk melahirkan ide-ide atau gagasan-gagasan dan mebuat kombinasi-kombinasi yang sifatnya baru dan unik, menggunakan cara yang tidak lazim dalam mengungkapkan diri, dan mampu mencari berbagai kemungkinan pemecahan masalah dengan cara-cara yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain. Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru, memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain, setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesain yang baru, memberikan
warna-warna yang tegas dan berbeda dengan keadaan aslinya dalam menggambar atau sering mempertanyakan mengapa sesuatu hal harus dilakukan dengan suatu cara dan bukan dengan cara lain.
4) Kemampuan menilai (evaluation)
Merupakan kemampuan untuk membuat penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, atau sutau tindakan itu bijaksana serta tidak hanya mencetuskan gagasan saja tetapi juga melaksanakannya. Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri, menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal, menganalisa masalah atau penyesalan secara kritis dengan selalu menanyakan ”Mengapa?”, mempunyai alasan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk mencapai suatu keputusan, merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus, pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis, menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.
5) Kemampuan memperinci (elaboration)
Merupakan kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide, gagasan atau produk dan kemampuan untuk memperinci suatu obyek, gagasan, dan situasi sehingga tidak hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik. Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci, mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh, mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana, menambahkan garis-garis, warna-warna dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.
b. Ciri-ciri afektif
Ciri-ciri afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap mental atau perasaan individu. Ciri-ciri afketif ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan ciri-ciri kognitif. Kreativitas yang berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang. Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:
1) Rasa ingin tahu.
Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, misalnya: selalu bertanya, memperhatikan banyak hal, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti. Ada beberapa perilaku peserta didik yang mencerminkan rasa ingin tahu, misalnya sering mempertanyakan segala sesuatu, senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasangagasan baru, menggunakan semua pancainderanya untuk mengenal, tidak takut menjajaki bidang-bidang baru, ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadiankejadian.
2) Bersifat imajinatif/fantasi
Mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi dan menggunakan daya khayal namun dapat membedakan mana khayalan dan mana yang kenyataan. Perilaku yang terlihat pada siswa biasanya berupa memikirkan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain, meramalkan apa yang akan dikatakan atau dilakukan orang lain, mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi, melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain, membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi atau tentang kejadian-kejadian yang belum pernah
dialami.
3) Merasa tertantang oleh kemajemukan
Mempunyai dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. Perilaku anak didik yang mencerminkan sikap tertantang oleh kemajemukan, adalah menggunakan gagasan atau masalah-masalah yang rumit, melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk, tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan keadaannya, mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain, tidak cenderung mencari jalan tergampang, berusaha terus-menerus agar berhasil, mencari jawaban-jawaban yang lebih sulit atau rumit daripada menerima yang mudah, dan senang menjajaki jalan yang lebih rumit.
4) Sifat berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan)
Berani mempunyai pendapat meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik dari orang lain. Perilaku anak didik yang memiliki sifat berani dalam mengambil risiko adalah berani mempertahankan gagasan-gagasan atau pendapatnya walaupun mendapatkan tantangan atau kritik, bersedia mengakui kesalahan-kesalahannya, berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal, berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan orang lain, tidak mudah dipengaruhi orang lain, melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian orang, berani mencoba hal-hal baru, berani mengakui kegagalan dan berusaha lagi.
5) Sifat menghargai
Kemampuan untuk dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Perilaku anak didik yang memiliki sifat menghargai adalah menghargai hak-hak sendiri dan orang lain, menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri, menghargai makna orang lain, menghargai keluarga, sekolah lembaga pendidikan lainnya serta teman-teman, menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab, tahu apa yang betul-betul penting dalam hidup, menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan, senang dengan penghargaan terhadap dirinya.
7 cara untuk mengasah kreativitas alami Anda

Jangan Terlalu Cepat Membuat Asumsi.

Terlalu cepat mengambil asumsi adalah contoh dari sikap malas berpikir. Kenapa disebut malas? Karena sering kali kita tidak mau menunggu untuk mendapatkan semua informasi yang kita perlukan untuk mendapatkan kesimpulan yang benar. Terlalu cepat mengambil asumsi artinya dia malas untuk mendapatkan atau mencari informasi yang diperlukan.
Ada kisah dari nasabah di bank yang setelah menguangkan cek dan berbalik untuk pergi, kemudian kembali dan berkata:
“Maaf, saya pikir Anda membuat kesalahan.”
Kasir menjawab, “Saya minta maaf tapi tidak ada yang bisa saya lakukan Anda harus menghitungnya di depan kami. Jika Anda sudah berjalan kaki, kami tidak lagi bertanggung jawab.”
Nasabah menjawab: “OK, terima kasih atas tambahan $ 20.”
Si kasir terlalu cepat mengambil asumsi, dikiranya si nasabah mau meminta tambahan karena kurang, padahal justru kelebihan. Akhirnya si kasir malah rugi sendiri.
Tip Mengasah Kreativitas: Bila Anda merasa diri Anda ingin untuk menarik kesimpulan, usahakan sampai mendapatkan informasi yang cukup. Kesabaran dan kemauan mendapatkan informasi yang cukup adalah salah satu cara untuk mengasah kreativitas kita.

Lihat Hal Dari sudut pandang orang lain.

Pikiran yang benar-benar terbuka bersedia menerima bahwa, tidak hanya mengandalkan sudut pandang sendiri, tetapi bahwa sudut pandang orang lain mungkin lebih valid. Anda boleh hebat, tapi orang lain bisa mendapatkan informasi yang belum pernah Anda dapatkan. Bisa jadi, ilmu Anda sudah banyak, tetapi orang lain juga bisa menemukan ilmu, meski pun sedikit, tetapi belum Anda ketahui.
Tip Mengasah Kreativitas: Bersiaplah untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain. Sebab, bisa jadi Anda menemukan sesuatu yang belum pernah Anda temukan.

Mengasah Kreativitas Dengan Menghindari Berpikir Yo-Yo.

Beberapa orang cenderung memiliki kecenderungan untuk berayun dari suasana hati yang sangat positif satu menit untuk satu yang sangat negatif berikutnya, semuanya karena apa yang mereka lihat di depan mereka. Ini seperti yo-yo: satu menit, turun berikutnya atau dikenal juga orang yang tergantung mood.
Tip Mengasah Kreativitas: Jika ada tergantung oleh mood, maka pikiran Anda tidak akan bekerja dengan baik. Oleh karena itu mulailah belajar berpikir tanpa harus dipengaruhi oleh mood.

Menghilangkan Kebiasaan Malas Berpikir.

Kebiasaan malas berpikir bisa menjadi batu sandungan besar untuk berpikir jernih. Malas berpikir bisa mendapatkan kesimpulan yang salah, informasi yang tidak lengkap, dan tidak mendapatkan apa yang seharusnya Anda dapatkan. Sementara, Anda akan bertindak sesuai dengan kesimpulan yang Anda dapatkan. Anda tidak akan pernah mendapatkan ide-ide kreatif jika malas berpikir.
Tip Mengasah Kreativitas: Jangan berpikir bahwa, sesuatu terjadi selalu dengan cara biasanya. Bisa saja, kali ini berubah. Jangan pernah mengandalkan “biasanya”. Ciri orang yang malasa berpikir selalu beralasan dengan “biasanya”.

Think Like A Child.

Sedikit bergaya, dengan menggunakan bahasa Inggris, berpikirlah seperti anak kecil.
Penelitian menunjukkan bahwa jumlah sinapsis, atau koneksi di otak pada anak dua lebih besar daripada orang dewasa rata-rata. Inilah alasannya anak-anak tidak memiliki batasan pandangan terhadap dunia, sebagaimana orang dewasa.
Tentu saja tidak semua cara berpikir anak-anak harus ditiru. Cara berpikir ana-anak yang bisa ditiru adalah keinginan mencoba dan mengetahuinya yang tinggi. Sementara cara berpikir bergantung pada orang lain, manja, dan cengeng jangan ditiru.
Tip mengasah kreativitas: Jangan khawatir tentang mitos usia. Dengan stimulus yang tepat dan gairah untuk belajar, Anda benar-benar dapat meningkatkan kekuatan otak Anda.

Pikirkan Untuk Diri Anda.

Tahukah Anda, jika kita sering menonton berita, ada pola pikir yang secara tidak sadar kita terima. Media memang digunakan untuk membentuk opini. Nah, Anda jangan terbawa opini publik dengan mudah. Sepertinya benar karena sudah menjadi opini umum, tetapi pernahkah Anda berpikir untuk berbeda? Intinya berusahalan berpikir untuk diri sendiri, jangan hanya mengikuti opini orang lain.
Tip Mengasah Kreativitas: Jangan biarkan opini orang lain mempengaruhi Anda bagaimana untuk berpikir. Berpikirlah dengan jernih, mungkin opini publik itu salah, mungkin juga benar. Hanya Al Quran dan Hadits Shahih yang dijamin kebenarannya.
Insya Allah setelah melakukan 7 tip mengasah kreativitas ini Anda akan terpukau karena banyak ide-ide cemerlang yang Anda hasilkan. Selamat mengasah kreativitas Anda.

Program Terapi Pikiran Positif

Pikiran positif sangat penting, sebab semua berawal dari pikiran Anda. Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Mungkin Anda pernah mendengar apa yang disebut dengan kejaiban berpikir positif, yang katanya “jika Anda berpikir bisa, maka Anda akan bisa”. Tentu saja, sebagai seorang Muslim, kita menambahkan insya Allah, sebab kita tidak bisa memastikan secara mutlak.
“Jika Anda berpikir bisa, insya Allah Anda akan bisa.”

















SUMBER :
Darsono, Licen Indahwati. DETERMINAN KREATIVITAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA: SEBUAH STUDI EMPIRIS DI DUNIA PENDIDIKAN TINGGI. Unika Widya Mandala. Surabaya: 2006


Purwanto. Kreativitas Berpikir Menurut Guilford. STAIN Surakarta; 2007

Sarwono, Sarlito Wirawan. Emotional dan Spiritual Quotient untuk meningkatkan Produktivitas Kerja. www.indonesianpsychologist.blogspot.com

www.nakita.com. Mengukur Tingkat Kreativitas Si Prasekolah.18 Desember 2009

www.portalhr.com. Mitos Tentang Kreativitas. 20 Desember 2009

www.unikaatmajaya.com. Kreativitas Angka. 18 Desember 2009

www.wahyubk.blogspot.com. Pengertian Kreativitas, 16 Desember 2009


BAB III
KESIMPULAN
Kreativitas, disamping bermakna untuk pengembangan diri maupun pembangunan masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi manusia ( Maslow, 1968 ).
Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari proses, menurut Torrance ( 1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan ( masalah ) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil – hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas, ialah sesuatu yang baru, orisinalitas, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungannya.
Menurut Three-Ring Conception dari Renzulli dan kawan – kawan, keberbakatan merupakan keterpautan antara kemampuan umum diatas rata- rata, kreativitas diatas rata- rata, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi internal.
Kreativitas dan keberbakatan merupakan dua hal yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang. Seseorang yang mempunyai kreativitas, pasti orang tersebut memiliki bakat. Tetapi orang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar